Dari Fajar yang Merindukan Senja


Aku yakin ini bukan suatu kebetulan yang Tuhan berikan untuk kita. Aku tak pernah menyangka bisa mengenalmu sejauh ini dan tak mengira bahwa kamu menyimpan hati yang besar untukku. “Hati” dengan balutan ketulusan namun aku mengabaikannya. Aku tidak pernah menyadari semua itu, karena aku pikir pertemuan singkat membuat semua tidak mungkin. Semua perhatian yang kamu berikan justru semakin aku ingin menghindar. Sekarang aku menyesal, menyesal harus menerima kenyataan bahwa kamu sudah pergi jauh dari hidupku. Seperti menggenggam erat 1 batang mawar penuh duri sampai tangannku terluka bercucuran darah mengharapkanmu kembali hadir.

Iya aku salah. Aku salah meminta kamu untuk pergi dan ternyata apa yang aku khawatirkan selama ini terwujud bahwa kamu sudah benar-benar P E R G I.  Aku semakin rindu, perasaanku semakin menjadi-jadi, semua tak terkontrol hilang kendali dan aku menyesal dengan semua kesalahanku! Aku dan kamu bagaikan bumi dan langit yang tak bisa kugapai. Aku hanya bisa berdoa agar tuhan mengirimkan hembusan rasa doaku untukmu. Mungkin kamu tidak peduli seberapa banyak aku memimpikanmu, seberapa banyak aku berdoa kepada tuhan tentang dirimu, dan seberapa kuat hatiku menahan rasa rindu kepadamu. Andai kau bisa saksikan saat ini juga, mungkin kau akan menggelengkan kepala karena hampir tak percaya.  

Kamu hebat membuat aku segila ini. Aku tak mengira kamu membuat hidupku berubah dengan cepat dan mampu membuat semua menjadi sihir. Hati mengikuti langkah kakimu, namun semakin aku ikuti langkah mu semakin gelap kabut menutupi. Ada apa dengan semua ini? Haruskah aku teruskan untuk berjalan cepat mengikutimu ataukah aku harus menyerah dengan semuanya? Memang sudah tak sepantasnya aku mengejar dirimu yang telah berlabuh ke lain hati dan sekarang aku mengendap di sudut hati yang gelap, tak ada sedikit bayangan mu yang terlihat, tak ada kenangan yang dapat kupercaya lagi. Aku benar-benar tersesat tanpa jejak kakimu.

Andaikan aku diberi waktu untuk bertemu satu menit denganmu, aku akan ungkapkan semua perasaanku selama ini kepadamu meskipun nantinya aku harus bisa menerima semua risikonya. Namun lagi-lagi ragu ini membuat ku bertanya, apakah kamu masih memiliki perasaan itu untukku? Aku disini masih menunggumu dengan perasaan yang sama. Hingga senja datang, aku pun masih selalu merasa sepi akan hadirmu. Hanya Tuhanlah yang tahu keluh kesahku padamu. Hati ini selalu mengajak jemari untuk menghubungimu, namun aku tak sanggup  karena khawatir mengganggu kehidupanmu yang lebih berarti dibanding dengan sebait percakapan. Hahaha aku sampai tak sadar bahwa saat ini aku hanya bisa berandai-andai akan sosokmu.

Tuntun aku untuk jalan pulang agar aku mampu menghapus perlahan semua tentangmu. Kini kamu sudah menjadi bayangan, bayangan yang tak bisa kugapai. Aku hanya bisa bermimpi untuk selalu bersamamu selamanya, bermimpi akan kehadiranmu untuk memeluk erat tubuhku. ARGH!  Tak dapat ku sangkal bahwa kehadiranmu sungguh indah dan berarti. Tak setitik pun kau meninggalkan bekas luka, justru aku yang sudah memberikan luka itu. Maafkan aku yang sudah membuatmu kecewa dan maafkan aku yang telah membunuh harapanmu. Aku hanya menjadi bagian dalam uraian kisahmu. Kisah yang takkan terulang kembali, terima kasih untuk waktu yang singkat namun berarti ini. Lekaslah pulang karena kehadiranmu selalu ku nantikan. 



dari aku yang merindukan kepulanganmu--












Komentar

Postingan populer dari blog ini

APA ITU SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI?

5 Tokoh Psikologi Indonesia

ILMU ALAMIAH DASAR