Masih mau jadi Relawan?
Di remehkan atas sesuatu hal terkadang akan membuat kita merasa sedih, menangis, kesal, marah dan kecewa. Ketika kita merasakan sesuatu seperti itu terkadang sulit untuk dibiarkan hilang begitu saja. Sulit untuk menjelaskannya hanya bisa merasakan tanpa mampu berbuat apapun untuk merubahnya.
Banyak yg bilang ke saya untuk apa menjadi relawan toh gak di bayar? Memang nanti kerja di pake? Ngapain capek-capek kesana kesini kalo biaya akomodasi di tanggung sendiri? Mungutin sampah doang sampe ke pulau? Tuh di jalanan banyak. Jadi relawan itu kan capek ros ngabisin uang tenaga waktu pula. Itu ngajar anak-anam jalanan? Memang mereka gak di sekolahin sama orang tuanya? Kok mau ngajar anak-anak yg "kayak" gitu?
Tahun 2016 saya mencoba untuk bergabung menjadi relawan di salah satu organisasi internasional NGO yg fokus mengenai isu lingkungan. Namun ada satu kegiatan yg menurut teman-teman saya untuk apa dilakukan yaitu, kegiatan bersih-bersih sampah plastik di Pulau dengan tujuan melakukan riset sampah plastik. Banyak sekali celotehan positif dan negatif sampe saya geli sendiri mendengarnya. Bagi orang awam mungkin kegiatan itu hal remeh. Iyasih mungkin logikanya ngapain jauh-jauh mungutin sampah plastik sampai ke pulau. Saya melakukan riset di Pulau Bokor yg dimana Pulau Bokor merupakan pulau konservasi yg di huni hanya hewan primata (monyet) saja. Berbagai jenis sampah terdampar di pulau ini setiap harinya. Bagaimana bisa pulau tak berpenghuni banyak sampah menumpuk?? Sampah itu adalah sampah kiriman dari masyarakat pesisir pulau dan paling banyak adalah sampah plastik. Bisa dibayangkan jika sampah plastik sampai ada di lautan/pulau pasti sangat berbahaya sekali bagi kehidupan biota laut. Salah satu alasan kami melakukan riset sampah plastik di Pulau Bokor selain bertujuan untuk meriset sampah-sampah plastik dan mendata produk-produk apa saja yg paling banyak di lautan tujuan kami juga untuk mendukung bebas sampah 2020. Mungkin terdengar mustahil. Mustahil jika tidak diri sendiri yg sadar dan peduli terhadap lingkungan. Menurut saya aksi ini hanya sekali dalam seumur hidup tidak akan pernah bisa terulang lagi.
Yuk ditilik hasil riset kita
http://m.greenpeace.org/seasia/id/high/press/releases/Hasil-Audit-Sampah-Plastik/
Saya tidak merta langsung blek menjadi relawan tapi di balik itu semua membutuhkan pikir lama dan waktu yg panjang bagi saya untuk menjadi seorang relawan dan itu semua bukan sesuatu hal yg mudah. Debat dengan keluarga sudah pasti namun bagaimana cara saya menyakinkan kepada mereka dengan pilihan saya dan tetap komitmen dengan keinginan saya. Saya mulai tertarik ingin menjadi relawan ketika lulus sma. Dulu, kata "relawan/volunteer" sangat asing bagi saya. Bahkan saya tidak tau apa yg dilakukan seorang relawan. Dulu saya tidak peduli dengan aksi-aksi sosial di lingkungan dan tidak peduli dengan perkembangan di dunia pendidikan. Ya saya akui saya pribadi yg cuek yg tidak kritis dalam menanggapi suatu persoalan.
Masih belum puas lagi, tahun 2017 saya menjadi relawan di salah satu organisai NGO yg fokus di bidang pendidikan. Kegiatan kami adalah mengajar anak-anak yg termarginalkan/sulit dalam kebutuhan ekonomi. Selalu bertemu anak-anak yg berbeda-berbeda. Beda warna kulit, latar belakang, sifat, kegemaran, dll bisa saya temui. Jiwa saya betul-betul di uji, dalam arti seberapa kuat dan seberapa pedulinya saya kepada mereka. Membimbing dan menjaga mereka bukan hal yg mudah karena dihadapkan dengan sifat yg berbeda dari masing-masing anak. Dimana saya harus mengontrol emosi saya, bagaimana metode yg sesuai untuk mengajarkan mereka, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yg bahkan saya pun sulit untuk menjelaskannya. Saya menjadi mengerti bagaimana rasanya menjadi guru. Sulit sekali. Melihat mereka semangat belajar sambil tersenyum tertawa lepas mengingatkan saya untuk selalu bersyukur. Bersyukur dengan apa yg saya miliki saat ini, bersyukur bahwa mereka sehat selalu dan memiliki semangat yg luar biasa untuk belajar dan haus akan ilmu.
Menjadi relawan membutuhkan self commitment, komitmen yg kuat akan membawa diri seseorang pada pencapaian makna hidup yg lebih dalam. Sikap empati, simpati, menghargai, dan menghormati menurutku perilaku yg wajib dimiliki setiap makhluk hidup. Ketika mengikuti suatu organisasi saya mendapat banyak pelajaran yg tidak pernah saya dapatkan di bangku sekolah ataupun kuliah. Pengalaman yg luar biasa yg mampu merubah pribadi saya ke arah positif. Sedikit demi sedikit saya ingin berkontribusi kecil untuk mereka. Hidup ini pilihan bukan? Jadi apapun anda siapapun anda kelak, itu pilihan anda. Intinya, jadilah pribadi yg memiliki tanggung jawab dan pendirian supaya menjadi pribadi yg produktif dan bermanfaat bagi banyak orang. Kritikan dari orang lain; terima dan jadikan pelajaran. Ingat! Jangan di jadikan stressor. Pujian dari orang lain; terima dan simpan dan tanam di dalam jiwa Anda.
Saya jauh dari kata sempurna, saya juga masih banyak belajar. Mohon maaf jika ada salah penulisan atau kata-kata yg menyinggung hati kalian saya tidak bermaksud demikian. Terima kasih
Banyak yg bilang ke saya untuk apa menjadi relawan toh gak di bayar? Memang nanti kerja di pake? Ngapain capek-capek kesana kesini kalo biaya akomodasi di tanggung sendiri? Mungutin sampah doang sampe ke pulau? Tuh di jalanan banyak. Jadi relawan itu kan capek ros ngabisin uang tenaga waktu pula. Itu ngajar anak-anam jalanan? Memang mereka gak di sekolahin sama orang tuanya? Kok mau ngajar anak-anak yg "kayak" gitu?
Tahun 2016 saya mencoba untuk bergabung menjadi relawan di salah satu organisasi internasional NGO yg fokus mengenai isu lingkungan. Namun ada satu kegiatan yg menurut teman-teman saya untuk apa dilakukan yaitu, kegiatan bersih-bersih sampah plastik di Pulau dengan tujuan melakukan riset sampah plastik. Banyak sekali celotehan positif dan negatif sampe saya geli sendiri mendengarnya. Bagi orang awam mungkin kegiatan itu hal remeh. Iyasih mungkin logikanya ngapain jauh-jauh mungutin sampah plastik sampai ke pulau. Saya melakukan riset di Pulau Bokor yg dimana Pulau Bokor merupakan pulau konservasi yg di huni hanya hewan primata (monyet) saja. Berbagai jenis sampah terdampar di pulau ini setiap harinya. Bagaimana bisa pulau tak berpenghuni banyak sampah menumpuk?? Sampah itu adalah sampah kiriman dari masyarakat pesisir pulau dan paling banyak adalah sampah plastik. Bisa dibayangkan jika sampah plastik sampai ada di lautan/pulau pasti sangat berbahaya sekali bagi kehidupan biota laut. Salah satu alasan kami melakukan riset sampah plastik di Pulau Bokor selain bertujuan untuk meriset sampah-sampah plastik dan mendata produk-produk apa saja yg paling banyak di lautan tujuan kami juga untuk mendukung bebas sampah 2020. Mungkin terdengar mustahil. Mustahil jika tidak diri sendiri yg sadar dan peduli terhadap lingkungan. Menurut saya aksi ini hanya sekali dalam seumur hidup tidak akan pernah bisa terulang lagi.
Yuk ditilik hasil riset kita
http://m.greenpeace.org/seasia/id/high/press/releases/Hasil-Audit-Sampah-Plastik/
Saya tidak merta langsung blek menjadi relawan tapi di balik itu semua membutuhkan pikir lama dan waktu yg panjang bagi saya untuk menjadi seorang relawan dan itu semua bukan sesuatu hal yg mudah. Debat dengan keluarga sudah pasti namun bagaimana cara saya menyakinkan kepada mereka dengan pilihan saya dan tetap komitmen dengan keinginan saya. Saya mulai tertarik ingin menjadi relawan ketika lulus sma. Dulu, kata "relawan/volunteer" sangat asing bagi saya. Bahkan saya tidak tau apa yg dilakukan seorang relawan. Dulu saya tidak peduli dengan aksi-aksi sosial di lingkungan dan tidak peduli dengan perkembangan di dunia pendidikan. Ya saya akui saya pribadi yg cuek yg tidak kritis dalam menanggapi suatu persoalan.
Masih belum puas lagi, tahun 2017 saya menjadi relawan di salah satu organisai NGO yg fokus di bidang pendidikan. Kegiatan kami adalah mengajar anak-anak yg termarginalkan/sulit dalam kebutuhan ekonomi. Selalu bertemu anak-anak yg berbeda-berbeda. Beda warna kulit, latar belakang, sifat, kegemaran, dll bisa saya temui. Jiwa saya betul-betul di uji, dalam arti seberapa kuat dan seberapa pedulinya saya kepada mereka. Membimbing dan menjaga mereka bukan hal yg mudah karena dihadapkan dengan sifat yg berbeda dari masing-masing anak. Dimana saya harus mengontrol emosi saya, bagaimana metode yg sesuai untuk mengajarkan mereka, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yg bahkan saya pun sulit untuk menjelaskannya. Saya menjadi mengerti bagaimana rasanya menjadi guru. Sulit sekali. Melihat mereka semangat belajar sambil tersenyum tertawa lepas mengingatkan saya untuk selalu bersyukur. Bersyukur dengan apa yg saya miliki saat ini, bersyukur bahwa mereka sehat selalu dan memiliki semangat yg luar biasa untuk belajar dan haus akan ilmu.
Lucu-lucu banget kan adik-adiknya |
Menjadi relawan membutuhkan self commitment, komitmen yg kuat akan membawa diri seseorang pada pencapaian makna hidup yg lebih dalam. Sikap empati, simpati, menghargai, dan menghormati menurutku perilaku yg wajib dimiliki setiap makhluk hidup. Ketika mengikuti suatu organisasi saya mendapat banyak pelajaran yg tidak pernah saya dapatkan di bangku sekolah ataupun kuliah. Pengalaman yg luar biasa yg mampu merubah pribadi saya ke arah positif. Sedikit demi sedikit saya ingin berkontribusi kecil untuk mereka. Hidup ini pilihan bukan? Jadi apapun anda siapapun anda kelak, itu pilihan anda. Intinya, jadilah pribadi yg memiliki tanggung jawab dan pendirian supaya menjadi pribadi yg produktif dan bermanfaat bagi banyak orang. Kritikan dari orang lain; terima dan jadikan pelajaran. Ingat! Jangan di jadikan stressor. Pujian dari orang lain; terima dan simpan dan tanam di dalam jiwa Anda.
Saya jauh dari kata sempurna, saya juga masih banyak belajar. Mohon maaf jika ada salah penulisan atau kata-kata yg menyinggung hati kalian saya tidak bermaksud demikian. Terima kasih
Komentar
Posting Komentar